–
Saudara kami yang terhormat,
Ada baiknya untuk merangkum topik ini dalam beberapa poin:
Baik itu orang beriman maupun kafir, apa pun yang menimpa mereka akan menjadi sebab pengampunan dosa-dosa mereka. Cobaan, musibah, penyakit, kesulitan, dan hal-hal semacam itu menyebabkan dosa-dosa manusia berkurang.
Seorang mukmin hidup sebagai orang berdosa di dunia ini, tetapi musibah yang menimpanya akan menyebabkan dosa-dosanya berkurang.
Sama halnya, karena Allah adalah Yang Maha Adil, musibah yang menimpa hamba-hamba kafir dianggap sebagai pengurangan siksaan di neraka. Jika dua orang kafir yang melakukan dosa yang sama, salah satunya menanggung musibah sementara yang lain tidak, maka siksaan orang yang menanggung musibah akan lebih ringan daripada yang tidak.
Orang kafir tidak akan masuk surga karena akan tinggal di neraka selamanya, dan karena penderitaan dan siksaan yang dialaminya di dunia ini, siksaan di neraka akan menjadi lebih ringan.
Penyakit biasanya disebabkan oleh tindakan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah yang berlaku di alam semesta. Mengutip Bediuzzaman:
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara orang beriman dan orang kafir.
Dunia adalah medan ujian. Dalam ujian ini, semua orang diuji dengan cara tertentu, dan ini merupakan keharusan dari rahasia ujian. Jika, misalnya, penyakit menular datang, dan hanya orang kafir atau hanya orang mukmin yang terpengaruh, maka rahasia ujian akan rusak. Jadi, sakitnya orang kafir seperti orang mukmin, dan terkena musibah, adalah keharusan ujian.
Penyakit tidak hanya diberikan sebagai balasan atas dosa. Penyakit muncul sebagai manifestasi dari penampakan nama dan sifat-sifat Allah. Karena;
Dia telah menjadikan manusia sebagai sebuah model, dan Dia memotong, membentuk, mengubah, dan merubah pakaian jasmani itu berdasarkan model tersebut; Dia menunjukkan keagungan berbagai nama-nama-Nya. Nama As-Syafi (Yang Memberi Sembuh) menuntut penyakit, dan nama Ar-Razzaq (Yang Memberi Rezeki) menuntut rasa lapar.”
Setiap orang harus berperan serta dalam tugas pemodelan ini.
Sebesar apa dunia tersenyum kepada manusia, sebesar itulah manusia berlayar menuju kemanjaan. Sebaliknya, sebesar apa dunia menunjukkan wajah murungnya kepada manusia, sebesar itulah manusia didorong untuk merenungkan iman dan ibadah, yang merupakan ujian. Untuk ujian yang adil, Allah sesekali menunjukkan wajah murung dunia ini kepada semua orang, agar mereka mengambil pelajaran. Dari sudut pandang ini, penyakit dan musibah adalah kunci yang membuka pintu kebenaran dan hakikat, bahkan bagi orang-orang kafir.
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan secara mendalam anatomi manusia, sebuah karya seni Allah yang luar biasa. Jika tidak ada penyakit, kemajuan medis yang luar biasa seperti saat ini tidak akan muncul, dan anatomi manusia, yang merupakan karya seni yang luar biasa ini, serta struktur spiritual dan kondisi psikologisnya tidak akan dipahami sepenuhnya.
Jika dilihat dari semua penjelasan ini, maka akan terlihat bahwa pahala dan imbalan yang diberikan sebagai pengganti penyakit-penyakit ini bukanlah penyebab utama keberadaan penyakit tersebut, melainkan karunia ilahi yang menyertainya. Hikmahnya adalah seperti hal-hal yang telah disebutkan di atas…
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan