
Saudara kami yang terhormat,
Ujian dilakukan berdasarkan standar keadilan. Seorang guru, dalam ujian, menginginkan standar keadilan, latihan, dan penerapan… Sama seperti itu, Allah harus melatih hamba-hamba-Nya untuk ujian. Latihan tersebut terjadi dengan adanya seorang guru yang mengajar dan buku/catatan pelajarannya.
Maka, para nabi adalah guru-guru di sekolah kehidupan umat manusia, dan kitab-kitab suci adalah catatan pelajarannya.
“Kami tidak akan menyiksa seseorang kecuali Kami mengutus seorang nabi.”
(Al-Isra, 17/15)
ayat tersebut mengingatkan kita akan kebenaran ini.
Selain itu, tentu saja ada banyak tujuan di balik penciptaan alam semesta yang luas ini. Untuk membayangkan alam semesta yang penuh hikmat ini sebagai sesuatu yang tanpa tujuan, sia-sia, dan tidak perlu, orang harus gila. Tujuan utama di antara tujuan-tujuan ini adalah agar Allah memperkenalkan diri-Nya dan menginginkan hamba-hamba-Nya untuk mengenal-Nya.
“Aku menciptakan jin dan manusia agar mereka mengenal Aku dan beribadah kepada-Ku.”
(Az-Zariyat, 51/56)
Ayat yang bermakna ini menunjukkan kebenaran tersebut. Manusia tidak mungkin mempelajari pengenalan dan ibadah ini tanpa guru dan kitab…
Alam semesta adalah kitab yang merefleksikan nama dan sifat-sifat Allah, yang mengajarkannya, yang merefleksikan ilmu dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, sebuah Al-Qur’an yang terwujud. Untuk mempelajari makna-makna mendalam, sulaman-sulaman halus, dan pesan-pesan yang memperkenalkan Pencipta Yang Maha Esa dari kitab alam semesta ini, dibutuhkan seorang guru yang mengajarkannya. Jika tidak, betapapun indahnya sebuah kitab, jika maknanya tidak diketahui dan tidak ada guru yang mengajarkannya, maka kitab itu tidak berbeda dengan selembar kertas kosong.
Sama halnya, jika tidak ada Kitabullah seperti Al-Qur’an yang mengajarkan kitab alam semesta dengan keindahannya yang paling halus, menjelaskan hubungannya dengan Sang Pencipta, dan menjelaskan tujuan penciptaannya, dan juga seorang guru seperti Nabi Muhammad (saw), akankah rahasia-rahasia halus kitab alam semesta ini dapat dipahami? Memang, mereka yang tidak mendengarkan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad (saw), dengan pemikiran materialistis mereka, menganggap alam semesta sebagai boneka yang tidak bermakna, tanpa tujuan, dan tanpa arah, dan mereka juga menganggap manusia sebagai makhluk yang tidak diketahui asal-usulnya, tujuan kedatangannya, dan mengapa ia akan hilang setelah beberapa waktu. Untuk memperbaiki kesalahpahaman ini, dibutuhkan sebuah Kitab dan seorang Guru dari kitab tersebut.
Menurut Al-Qur’an, tujuan diturunkannya kitab-kitab suci adalah untuk memutuskan perselisihan di antara manusia (Al-Baqarah, 2/213), menegakkan keadilan di antara manusia (Al-Hadid, 57/25), menjelaskan hal-hal yang menjadi perselisihan, dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (An-Nahl, 16/64), untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang dan membimbing mereka ke jalan Allah (Ibrahim, 14/1), serta untuk memperingatkan orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (Al-Ahqaf, 46/12).
Kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi yang dikirim untuk membimbing manusia, dan yang disampaikan kepada umat manusia. Kitab-kitab langit juga disebut…
“kitab-kitab suci”
atau
“Kitab-Kitab yang Diberi Wahyu”
disebut juga demikian. Kitab-kitab ini adalah kalam Allah baik dari segi lafaz maupun makna. Kitab-kitab yang dikirimkan oleh Allah kepada para nabi-Nya untuk disampaikan dan dijelaskan; baik ditulis di dalam suhuf (lembaran) atau elvah (papan), atau dengan segala macam wahyu, baik yang sudah disusun maupun yang belum, beserta lafaz dan maknanya. Yang belum disusun, dikumpulkan dengan cara menuliskan apa yang telah disampaikan oleh para nabi yang kepadanya kitab-kitab itu diturunkan.
Kitab-kitab suci; baik yang besar maupun kecil ukurannya, baik yang diturunkan dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, diturunkan dalam bahasa bangsa tempat Nabi yang kepadanya kitab tersebut diturunkan berada. Karena Allah telah mengutus seorang Nabi kepada setiap bangsa di berbagai zaman.
”
Kami mengutusmu sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dengan kebenaran. Setiap umat pasti memiliki seorang pemberi peringatan (nabi).
”
(Fathir, 35/24);
“Setiap umat memiliki seorang nabi. Ketika nabi-nabi mereka datang, mereka akan diperlakukan dengan adil di antara mereka dan mereka tidak akan pernah dizalimi.”
(Yunus, 10/47);
“Kami mengutus setiap nabi hanya dengan bahasa kaumnya sendiri, agar dapat menjelaskan (pesan) dengan jelas kepada mereka…”
(Ibrahim, 14/4).
Beberapa kitab suci memiliki sifat-sifat i’câz. Al-Qur’an sendiri mengandung banyak sekali sifat-sifat i’câz.
Kitab Suci diturunkan kepada Nabi Ibrahim (as) dalam bentuk lembaran-lembaran, dan kepada Nabi Musa (as) tertulis di atas lempengan. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw) secara bertahap (gradual) dalam berbagai bentuk wahyu, dan Nabi Muhammad (saw) memerintahkan para penulis wahyu untuk mencatatnya sesuai urutannya.
Semua Kitab Suci sepakat dalam hal-hal berikut:
1.
Mereka bersatu dalam menyampaikan pokok-pokok iman dan tauhid.
2.
Allah Ta’ala esa (tunggal) dalam zat dan sifat-Nya. Dialah satu-satunya Pencipta dan Pengatur. Tidak ada yang boleh disembah selain Allah.
3.
Rukun-rukun ibadah seperti shalat, zakat, dan puasa. Bentuk-bentuknya bisa berbeda. (An-Naba, 21/73; Al-Baqarah, 2/183).
4.
Zina, pembunuhan, pencurian, dan pelanggaran hak-hak kehormatan, nama baik, nyawa, dan harta benda adalah haram dan dosa besar.
5.
Semua kebaikan dan prinsip moral yang baik diperintahkan.
6.
Mereka memberitakan kedatangan Nabi Muhammad (saw) sebagai utusan Allah dan sifat-sifatnya.
7.
Mereka mendorong untuk berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah.
Allah SWT telah menurunkan banyak prinsip dan pengetahuan yang telah Dia wahyukan dalam kitab-kitab terdahulu ke dalam Al-Qur’an. Ayat ke-48 Surah Al-Maidah menunjuk pada hal ini:
“(Wahai Muhammad), Kami telah menurunkan kitab ini kepadamu sebagai penegak (kitab-kitab sebelumnya) dan sebagai pengawas (penjaga) atasnya. Maka putuskanlah perkara mereka dengan apa yang telah diturunkan Allah.”
Oleh karena itu, Al-Qur’an adalah saksi, pengontrol, dan batu ujian atas bagian-bagian kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya yang tidak mengalami perubahan, serta bagian dan ayat-ayat yang telah dimanipulasi dan dicampur dengan kebatilan.
Al-Qur’an menyatakan bahwa kebenaran-kebenaran yang disampaikan di dalamnya juga telah diturunkan dalam kitab-kitab suci sebelumnya:
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jibril, malaikat yang terpercaya, telah menurunkannya ke hatimu, wahai Muhammad, dengan bahasa Arab yang jelas, agar engkau menjadi orang yang memperingatkan dengan azab Allah. Al-Qur’an itu juga telah disebutkan (tercantum) dalam kitab-kitab para nabi terdahulu.”
(Asy-Syu’arâ, 26/192-196)
“Kitab-kitab terdahulu (Zabur al-awwalin)”
Istilah “kitab-kitab” mencakup Kitab Ibrahim, Taurat, Zabur, dan Injil.
Manusia membutuhkan kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi yang menyampaikan hukum-hukum Allah kepada mereka, sebagaimana mereka membutuhkan para nabi itu sendiri, karena beberapa alasan berikut:
1.
Kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi, berapa pun lamanya waktu yang telah berlalu, merupakan sumber rujukan bagi umat-umat dalam mengenal dan menjelaskan aqidah, prinsip, tujuan, dan hukum-hukum agama. Umat-umat akan merujuk kepada kitab Allah untuk memahami ketentuan syariat Allah, menjelaskan kewajiban yang diperintahkan dan larangan yang dilarang oleh Allah, menjelaskan keutamaan dan akhlak yang baik, aturan adab dan pendidikan, menyatakan peringatan, janji, dan ancaman Allah, serta untuk menyerukan manusia kepada jalan yang benar, memberikan nasihat, dan menerima nasihat. Setelah kematian Nabi, para ulama umat akan merujuk kepada kitab Allah untuk meneliti hukum syariat yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
2.
Kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi setelah wafatnya adalah wasilah adil yang dapat merujuk untuk menyelesaikan setiap perselisihan di antara manusia. Karena ini adalah firman Allah, Yang Maha Adil dan Yang Terbaik sebagai Hakim. Allah Yang Maha Tinggi menyatakan hal ini sebagai berikut:
“Manusia (pada zaman Nabi Adam) adalah satu umat. Kemudian Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Bersama mereka, Allah menurunkan kitab-kitab yang benar dan hak untuk memutuskan perselisihan di antara manusia…”
(Al-Baqarah, 2/213).
Kitab yang diturunkan dan ditulis di tengah suatu umat, menjaga prinsip-prinsip tauhid dan aqidah, adab, serta hukum-hukum agama. Tetap teguhnya kitab suci di tengah umat, berarti tetap teguhnya nabi yang hidup di antara mereka. Nabi, seperti manusia lainnya, juga meninggal. Seandainya kitab suci tidak tetap teguh setelah kematian para nabi, perselisihan di antara umat akan berkembang pesat, menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya. Karena tabiat manusia, untuk mengurangi pengaruh hawa nafsu dan keinginan-keinginan mereka, serta untuk menghentikan perselisihan dalam pemahaman dan ijtihad agama, keberadaan kitab suci yang tertulis sangatlah penting.
Kitab Suci,
Betapapun jauhnya jarak tempat dan waktu dari tempat dan waktu penurunannya, dakwah Nabi tetap memiliki pengaruh dan kemampuan dalam menyebarkan agama dan membimbing manusia. Al-Qur’an memiliki pengaruh dan jasa yang sangat besar dalam penyebaran dan penerimaan Islam universal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad (saw).
Allah Ta’ala menurunkan kitab-kitab kepada para nabi-Nya karena beberapa sebab yang telah disebutkan dan beberapa sebab lainnya. Mereka kemudian menyampaikan dan menjelaskan kitab-kitab tersebut. Rasulullah (saw) meninggalkan Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia.
Para nabi, yang telah menghormati dunia manusia dengan keberadaan mereka, harus diberi petunjuk oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat menjalankan tugas kenabian dan keutusan yang sangat penting. Petunjuk ini diberikan kepada para nabi melalui kitab-kitab suci. Kitab-kitab suci adalah hukum-hukum suci yang akan diterapkan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Tuhan telah memberitahukan hak dan kewajiban manusia melalui hukum-hukum ini. Kehidupan para nabi di dunia ini bersifat sementara. Kelanjutan hukum-hukum Ilahi yang diberitahukan para nabi kepada umat mereka hanya dimungkinkan berkat kitab-kitab ini. Jika kitab-kitab ini tidak ada, manusia akan tetap tidak mengetahui hikmat penciptaan mereka, kewajiban mereka, nikmat dan malapetaka akhirat yang akan mereka raih. Mereka akan kehilangan prinsip-prinsip Ilahi yang akan mengatur kehidupan mereka. Mereka akan kehilangan kehormatan dan kebahagiaan untuk membaca ayat-ayat suci, beribadah kepada-Nya, mengambil nasihat darinya, dan memahami kebenaran darinya serta terbebas dari pandangan-pandangan yang berbahaya.
Perintah dan larangan yang disampaikan Al-Qur’an kepada manusia, hikmah dan kebenaran yang dijelaskannya sangatlah banyak. Secara garis besar, hal-hal tersebut berkaitan dengan keyakinan, ibadah, muamalah, akhlak, karya seni yang menunjukkan kebesaran Allah, peristiwa-peristiwa yang menjadi pelajaran, dan hal-hal lainnya. Kita dapat merangkumnya sebagai berikut:
1) Al-Qur’an,
Ia memberitahukan kepada manusia tentang keberadaan, keesaan, keagungan, hikmat, dan kesucian Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan, kata-kata yang cemerlang dari mereka yang memiliki pandangan filosofis tampak suram di hadapannya.
2) Al-Qur’an,
Ia mengajak manusia untuk berilmu dan berpengetahuan, untuk merenungkan dan mengambil pelajaran. Ia mencegah manusia dari hidup dalam kelalaian. Ia menasihati manusia untuk memperhatikan ciptaan-ciptaan agung yang menunjukkan hikmat dan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
3) Al-Qur’an,
Memberikan informasi tentang beberapa nabi yang diutus kepada manusia di zaman-zaman sebelumnya. Memberitakan bagaimana mereka berhasil menjalankan tugas-tugas mulia mereka dan betapa besar kesulitan yang mereka lalui demi tugas-tugas tersebut. Memerintahkan semua manusia untuk mengikuti Nabi terakhir.
4) Al-Qur’an,
Kitabullah memberitakan peristiwa-peristiwa bersejarah dan pelajaran-pelajaran penting yang dapat diambil dari umat-umat terdahulu. Ia menyerukan manusia untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut. Kitabullah juga memberitakan nasib yang sangat mengerikan dari kaum-kaum berdosa yang menentang dan memberontak para nabi.
5) Al-Qur’an,
Ia memerintahkan manusia untuk selalu memiliki jiwa yang waspada dan tidak lalai dari Tuhan. Ia menasihati agar tidak mengikuti keinginan-keinginan nafsu sehingga kehilangan agama dan kebajikan. Ia menyatakan bahwa tenggelam dalam kesenangan dan keuntungan duniawi, serta kehilangan kenikmatan rohani dan nikmat akhirat, adalah suatu malapetaka besar.
6) Al-Qur’an,
Ia menasihati umat Islam untuk berpegang teguh pada agama mereka dan selalu membela kebenaran. Ia juga mengingatkan mereka untuk selalu kuat menghadapi musuh-musuh mereka, dan untuk bekerja keras mempersiapkan segala sarana perlindungan. Ia memerintahkan mereka untuk terjun ke medan perang jika diperlukan, untuk melindungi agama dan kehormatan mereka, tanah air mereka, dan harta benda mereka, baik materi maupun spiritual, dengan jiwa dan harta mereka.
7) Al-Qur’an,
menyatakan prinsip dan aturan yang diperlukan agar kehidupan sipil dan sosial berjalan dengan tertib dan damai. Meminta manusia untuk melindungi dan menjaga sejumlah hak dan kewajiban.
8) Al-Qur’an,
Ia menganjurkan keadilan, kebenaran, kerendahan hati, kasih sayang, belas kasih, kebaikan, pengampunan, kesopanan, kesetaraan, dan sifat-sifat mulia lainnya bagi individu maupun masyarakat agar tetap aman. Ia mencegah manusia dari penindasan, pengkhianatan, kesombongan, kedekatan, dendam, keras hati, kata-kata dan perbuatan buruk, serta minuman dan makanan yang berbahaya. Ia memberitahukan apa yang halal dan haram untuk dilakukan, dimakan, dan diminum.
9) Al-Qur’an,
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengubah hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah SWT untuk dunia ini. Ayat ini menunjukkan perlunya setiap orang menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan hukum-hukum tersebut. Ayat ini mengingatkan manusia bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa pun selain hasil dari kerja keras mereka. Ayat ini juga mendorong manusia untuk bekerja keras dan berusaha.
10) Al-Qur’an,
Yang Maha Esa, Allah,
“Jangan Lakukan Ini – Jangan Lakukan Itu”
Al-Qur’an memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang menerima perintah dan larangan-Nya serta bertindak sesuai dengan itu, tentang nikmat dunia dan akhirat yang akan diberikan kepada mereka, serta kesuksesan yang akan mereka raih. Al-Qur’an juga mengingatkan orang-orang yang tidak beriman tentang akibat buruk yang telah disiapkan bagi mereka, dan berbagai siksaan neraka. Melalui semua penjelasan ini, Al-Qur’an ingin menyampaikan kepada manusia tujuan mulia penciptaan mereka.
Kesimpulan:
Ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur’an adalah mukjizat. Ia mencakup begitu banyak hikmah dan kebenaran lainnya. Betapapun tinggi kemajuan umat manusia, ia tidak akan pernah bisa berada di luar petunjuk tinggi Al-Qur’an. Sebaliknya, perilaku yang bertentangan dengan petunjuk Al-Qur’an (prinsip-prinsip yang ditunjukkannya) bukanlah peningkatan, melainkan penodaan.
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan