Mengapa kita mengucapkan syahadat, bukan kalimat tauhid, untuk menjadi seorang Muslim?

Müslüman olmak için neden kelime-i tevhid değil de kelime-i şehadet getiriyoruz?
Detail Pertanyaan

Mengapa para ulama menetapkan syahadat (syahadatain) sebagai salah satu syarat menjadi Muslim, bukan hanya mengucapkan kalimat tauhid (la ilahe illallah), padahal ada hadis yang berbunyi: “Barangsiapa mengucapkan la ilahe illallah Muhammadun rasulullah, maka ia akan masuk surga”?

– Mengapa kita mengucapkan syahadat, bukan kalimat tauhid, untuk menjadi seorang Muslim?

Jawaban

Saudara kami yang terhormat,


Syahadat,


“Tidak ada Tuhan selain Allah.”

di awal kalimat tauhid yang artinya

“Aku bersaksi”

terbentuk dengan penambahan kata kerja, dan tidak ada perbedaan antara keduanya dalam hal isi.

Ungkapan hadis yang bermakna “Siapa yang mengucapkan La ilahe illallah Muhammadur-rasulullah akan masuk surga” mengandung dzikir yang dilakukan baik dengan syahadat maupun tanpa menggunakan konsep syahadat.

Selain itu, poin yang ditekankan dalam hadis ini bukanlah sekadar mengucapkan kalimat syahadat, melainkan juga melakukan amalan-amalan yang menjadi konsekuensi dari syahadat tersebut dan meninggal dunia dengan iman.

Namun, dalam riwayat yang disingkat di Bukhari:

“Siapa

kalimat tauhid

Jika dia datang, maka merusak harta dan nyawanya adalah haram.


(Bukhari, h.no: 7368)

telah dikatakan, dan dalam riwayat lain disebutkan bahwa

“Siapa

syahadat

Jika dia datang, maka merusak harta bendanya atau nyawanya adalah haram.”

demikianlah.

(lihat. Bukhari, h.no: 25)

Imam Nawawi, setelah mempertimbangkan kedua riwayat yang berbeda ini,

“Yang tidak mengandung konsep syahadah”

riwayat tersebut diartikan berdasarkan riwayat yang mengandung konsep kesaksian (yaitu, meskipun tidak disebutkan di dalamnya, tetapi juga ada di dalamnya).

“konsep kesaksian”

keberadaannya dianggap sebagai sesuatu yang sudah diterima. Hal ini merupakan kesepakatan mayoritas ulama.

(An-Nawawi, Syarh Muslim, 1/149)

Salah satu makna dari hadis yang ada dalam pertanyaan adalah,

Orang yang masuk kubur dengan iman, meskipun masuk neraka karena dosa-dosanya, pada akhirnya akan keluar dari sana dan masuk surga.

berarti.

Namun, syahadat (syahadat Islam) khususnya menekankan kepercayaan pada kesaksian/penegasan dan mengekspresikannya, sehingga menandakan keanggotaan seseorang dalam agama Islam.

Kedua kalimat ini terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi dengan sedikit perbedaan. (Surat Al-Imran, 3:18)

“Allah, para malaikat, dan orang-orang berilmu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.”

dinyatakan. Juga dalam Surah An-Nisa (4/166)

“Allah dan para malaikat menyaksikan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad”

akan diberitahukan.

Dalam hadis-hadis, syahadat disebutkan di banyak tempat. Yang terpenting di antaranya adalah

“Hadits Jibril”

Hadits yang dikenal sebagai [nama hadits] dan menjelaskan lima pilar utama Islam kemudian muncul, di mana syahadat (kesaksian keagamaan) disebutkan sebagai pilar pertama.

(Musnad, 1/319; Bukhari, Iman, 2; Muslim, Iman, 1)

Selain itu, seseorang yang ingin masuk Islam untuk pertama kalinya harus memiliki keyakinan yang mendalam dan keyakinan yang didasarkan pada bukti. Seperti yang diketahui, hadis Jibril yang terkenal menyebutkan Islam, iman, dan ihsan.


Ihsan:

“Beribadahlah seolah-olah engkau melihat Allah.”

demikianlah.

Dasar dari ibadah adalah prinsip-prinsip keimanan, dan dasar dari prinsip-prinsip keimanan adalah keyakinan Tauhid dan kenabian Nabi Muhammad (saw).

Oleh karena itu, seseorang yang mengaku menerima dua prinsip iman dasar ini harus memberikan kesaksian seolah-olah telah melihat Allah pada tingkat “ihsan”. Pengakuan dengan lisan dan persetujuan dengan hati, yang disahkan dengan cara bersaksi, adalah formula yang paling tepat:


“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”


Salam dan doa…

Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Pertanyaan Terbaru

Pertanyaan Hari Ini