Saudara kami yang terhormat,
Keempat pintu yang dimaksud adalah pintu-pintu tersebut.
Tidak ada yang bertentangan dengan Ahlus Sunnah di antara ini. Semuanya diambil dari ajaran-ajaran yang berbeda dalam Al-Qur’an.
Intinya adalah: Syariat adalah matahari, yang lainnya adalah cahayanya.
Ini adalah sumber yang mencakup semua ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, pintu-pintu ini harus dilihat bukan sebagai pintu istana yang berdiri sendiri, melainkan sebagai pintu yang semuanya mengarah ke istana syariat.
Dalam pembagian ini, terdapat penafsiran yang mempertimbangkan berbagai ketentuan syariat. Misalnya, membalas tamparan dengan tamparan adalah ketentuan syariat, tetapi memaafkannya juga merupakan ajaran syariat lainnya.
Di sisi lain, sebuah hadis qudsi memberitakan bahwa dasar tarekat adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan ibadah sunah dan mencapai tingkatan-tingkatan spiritual.
Oleh karena itu, tarekat bukanlah tujuan utama; melainkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk mencapai ridha-Nya. Karena kewajiban-kewajiban (fardhu) menempati urutan pertama, maka seorang anggota tarekat yang lalai dalam kewajibannya, akan mengalami kerugian yang lebih besar daripada keuntungannya, betapapun teliti dan tekunnya ia menjalankan amaliyah tarekatnya.
Jadi, baik tarekat maupun hakikat adalah sarana, alat. Tujuan utama yang ingin dicapai dengan keduanya adalah mengamalkan perintah-perintah Al-Qur’an dalam kehidupan dan meningkatkan kepekaan dalam mengikuti sunnah.
Seseorang dapat memperoleh pahala yang besar dengan memperbanyak dzikir dan ibadah sunnah. Namun, hasil yang sebenarnya yang akan diperoleh dari hal-hal tersebut adalah dengan lebih memperhatikan perintah dan larangan Allah, melaksanakan shalat dengan tenang dan khusyu’, memberikan zakat dengan benar, dan tidak hanya itu, tetapi juga meningkatkan sedekah, singkatnya, lebih patuh pada syariat.
Selama tarekat melayani dan menjadi sarana untuk hal ini, ia menjadi pintu rahmat dan pahala yang besar bagi manusia. Orang yang bersikap ‘formal’ dalam menaati syariat, tetapi menunjukkan perhatian sebenarnya pada dzikir tarekat, berarti belum mencapai hakikat tarekat.
Orang-orang yang berusaha memahami hakikat alam semesta, manusia, dan peristiwa-peristiwa di dunia ini, serta mempelajari hikmat-hikmatnya, akan mendapatkan pahala yang besar atas pemikiran dan usaha mereka. Namun, usaha dan pemikiran ini bukanlah tujuan utamanya. Jika usaha dan pemikiran ini mendorong seseorang untuk lebih patuh pada syariat, maka berarti jalan menuju kebenaran telah mencapai tujuannya. Artinya, seperti tarekat, kebenaran juga akan melayani syariat dan mengangkat manusia ke derajat yang lebih tinggi.
Pada dasarnya, ilmu yang menjadi tujuan utama adalah ilmu tentang iman, ibadah, akhlak, dan kebajikan. Ilmu-ilmu lain hanya bernilai sejauh menjadi sarana menuju hal-hal tersebut. Baik bagi mereka yang mengikuti tarekat maupun hakikat, jalan menuju kenaikan kedudukan spiritual adalah melalui kepatuhan penuh terhadap syariat.
dibagi menjadi dua cabang, yaitu iman dan amal. Artinya, seseorang harus memiliki iman yang kuat, dan dunia amal harus diatur sesuai dengan iman tersebut.
Terakhir, mari kita rangkumkan tentang tingkatan dan tujuan syariat, tarekat, dan hakikat dari Bediuzzaman:
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan