Saudara kami yang terhormat,
Bahkan sebelum ada apa pun, ia tidak ada. Hanya Allah, yang keberadaannya berasal dari dirinya sendiri dan kekal, yang dapat muncul dari kehampaan ke alam keberadaan. Jika tidak, kita harus menganggap setiap keberadaan sebagai kekal.
Konsep ini tidak melihat pada benda yang ada di suatu tempat. Ini hanyalah unsur konsepsi di mana secara rasional tidak ada perbedaan antara keberadaan dan ketidakberadaan, di mana secara rasional ketidakberadaan atau keberadaannya tidak wajib. Mengatakan bahwa sesuatu itu mungkin berarti menyingkirkannya dari keberadaan dan melemparnya ke dalam ketidakberadaan. Namun, konsepsi seperti itu tidaklah benar untuk sesuatu yang mungkin, karena tidak ada keberadaan yang ada di sana.
Sekali lagi, tidak ada yang muncul dari ketiadaan dan kemudian lenyap, seperti yang kita bayangkan dalam pertanyaan. Yang ada hanyalah keberadaan. Ilmu Allah yang kekal dan abadi mencakup juga alam ketiadaan. Sebenarnya tidak ada alam ketiadaan/ketidakberadaan. Karena ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu mencakup juga apa yang belum ada di alam keberadaan. Namun, kita tidak menggunakan istilah tersebut untuk apa yang belum ada, atau menggunakannya sebagai metafora dengan toleransi yang diberikan.
Tingkat keberadaan (wujud) dalam benda-benda berbeda. Semuanya adalah manifestasi dari nama dan sifat-sifat Allah. Namun, berdasarkan sifat-sifat khusus (taayyunat-i syahsiyyah) mereka, benda-benda tersebut matang melalui banyak tahapan.
Dari sudut pandang kami, intinya adalah:
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan