Saudara kami yang terhormat,
Perselisihan di antara para Sahabat adalah hasil dari ijtihad.
Secara khusus, yang dimaksud dengan Sahabat yang disepakati oleh seluruh umat Islam dalam hal riwayat adalah bahwa mereka tidak mungkin berbohong dengan sengaja tentang Al-Qur’an dan Nabi Muhammad (saw), karena hal itu sangat tidak mungkin.
Kesepakatan para ulama Islam tentang para sahabat, kecuali Syiah, adalah bukti bahwa mereka adil.
Lingkungan tempat para Sahabat hidup telah membantu iman mereka, dan umat Islam secara umum menerima bahwa mereka tidak mungkin menfitnah Nabi Muhammad (saw) dengan sengaja.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bediüzzaman Hazretleri,
Di pasar setiap zaman, beberapa hal diminati, sementara beberapa hal lain dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan orang-orang menjauhinya dengan segenap kekuatan mereka. Sama halnya, di zaman kebahagiaan (Asr-i Saadah), kebaikan, kebenaran, kejujuran, iman, dan Islam, yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Nabi Muhammad (saw), menjadi komoditas yang paling diminati di pasar zaman itu. Sebaliknya, menjauhkan diri dari kebohongan, kejahatan, dan hal-hal yang dianggap sebagai dasar kufur, yang akibatnya adalah hukuman neraka, seperti yang ditunjukkan oleh contoh nyata Musailamah yang dianggap sebagai lambang keburukan dan kebohongan, khususnya di mata kaum Muslim, adalah kebutuhan fitrah dan hati nurani para sahabat yang telah dibentuk oleh Islam.
Ayat-ayat yang terjemahannya tercantum di bawah ini mengandung ungkapan yang menunjukkan bahwa para sahabat adalah orang-orang yang adil:
Para ulama Ahlus-Sunnah, berdasarkan ayat-ayat dan hadis-hadis terkait, telah menyingkirkan para sahabat dari proses cerh dan tadil (mengecam dan memuji), dan memutuskan bahwa mereka semua adil dan tidak akan berbohong, terutama dalam tugas-tugas yang mereka emban dalam menegakkan agama Islam.
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan