– Menurut agama kita, setiap hal memiliki adabnya, lalu adakah adab dan aturan yang perlu diperhatikan saat memberikan zakat?
Saudara kami yang terhormat,
Adab dan beberapa aturan yang harus dipatuhi saat memberikan zakat dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Orang Muslim memberikan zakat hanya untuk mencari ridho Allah, dan melaksanakan kewajiban ini tanpa menunjukkannya sebagai kebaikan dan tanpa menyakiti orang lain.
(Al-Baqarah 2/261-265)
2.
Orang Muslim yang wajib zakat harus membayar zakat dari penghasilan yang bersih dan halal, serta dari harta yang berkualitas baik.
(Al-Baqarah 2/267)
3.
Menurut mazhab Hanafi
Lebih baik zakat diberikan secara diam-diam agar tidak merusak kehormatan penerima dan terhindar dari kecurigaan akan ria (menunjukkan-nunjukkan).
(Al-Baqarah 2/271)
Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali
Sebaliknya, zakat harus diberikan secara terbuka untuk mendorong orang lain agar juga melakukan ibadah ini.
4.
Menunaikan ibadah tepat pada waktunya adalah yang paling utama, dan pembayaran zakat tidak boleh ditunda kecuali ada alasan yang sah.
5.
Orang yang wajib membayar zakat mencari orang yang paling berhak dan paling layak untuk menerima zakat.
(Al-Baqarah 2/273)
6.
Memberikan zakat kepada kerabat yang berhak menerimanya terlebih dahulu, kemudian kepada kerabat dekat lainnya, tetangga, dan lingkungan sekitar, dianggap sebagai hal yang paling utama.
7.
Dalam pendistribusian zakat, prioritas diberikan kepada orang miskin di tempat harta zakat berada/diperoleh.
8.
Lebih baik jika orang yang memberikan zakat tidak memberitahukan kepada orang miskin bahwa apa yang diberikan adalah zakat. Zakat tidak harus diberikan langsung oleh orang yang wajib menunaikannya, melainkan dapat juga diberikan melalui wakil atau lembaga.
Dan dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka, mereka bersedekah.
(Al-Baqarah 2/3)
Dari ayat tersebut, berikut adalah kesimpulan yang ditarik oleh Bediüzzaman Hazretleri mengenai syarat-syarat yang harus dipatuhi terkait zakat, sedekah, dan sumbangan lainnya:
“Kehidupan kalimat ini menunjukkan lima syarat penerimaan sedekah.”
Syarat pertama:
Memberi sedekah sampai pada tingkat di mana kita tidak lagi membutuhkan sedekah,
وَمِمَّا
dalam bentuk kata-kata
من
Ia menyatakan syarat itu dengan i teb’îz.
Syarat kedua:
Bukan mengambil dari Ali dan memberikannya kepada Veli, melainkan mungkin memberikannya dari hartanya sendiri. Syarat ini…
Kami telah memberi mereka rezeki.
kata-kata tersebut bermakna: “Berikanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.”
Syarat ketiga:
Itu berarti tidak bersyukur. Dengan syarat berikut:
Kami diberi rezeki.
di dalam
نا
kata-kata tersebut menunjukkan arti: “Aku yang memberi kalian rezeki. Kalian tidak berhak bersyukur karena Aku memberi dari milik-Ku kepada hamba-Ku.”
Syarat keempat:
Berikanlah sedekah itu kepada orang yang akan menggunakannya untuk nafkah keluarganya. Sedekah yang diberikan kepada orang yang menghambur-hamburkannya tidak akan diterima. Dengan syarat ini…
Mereka menafkahkan.
kata tersebut mengindikasikan.
Syarat kelima:
Itu adalah pemberian atas nama Allah,
Kami telah memberi mereka rezeki.
mengatakan. Jadi,
“Barang ini adalah milikku; kalian harus memberikannya dengan namaku.”
Bersama dengan syarat-syarat tersebut, ada juga perluasan. Artinya,
Sedekah tidak hanya bisa dilakukan dengan harta benda; tetapi juga dengan ilmu, ucapan, perbuatan, dan nasihat.
Nah, malam ini.
MIMMA
dalam kata-kata
Apa
Secara umum, itu mengindikasikan sesuatu. Kalimat ini juga mengindikasikan hal tersebut; karena mutlak, ia menyatakan hal umum.Nah, dalam kalimat singkat yang menyatakan sedekah ini, ia memberikan pengertian yang luas kepada akal, bersama dengan lima syarat, dan memberikan kesadaran akan hal itu dengan wujudnya.
(lihat Risale-i Nur, Risalah Kedua Lima, Bagian Pertama)
Klik di sini untuk informasi tambahan:
– Kepada siapa zakat diberikan; di mana saja tempat zakat diberikan? Kepada perkumpulan…
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan