Apa yang bisa dilakukan untuk pasien yang sekarat (sedang berbaring di tempat tidur kematian)?

Jawaban

Saudara kami yang terhormat,



Kematian,

Ini adalah pintu yang membuka jalan menuju kehidupan abadi kita.

Sebagaimana orang mempersiapkan diri untuk perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, demikian pula mereka harus mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, orang-orang harus bertaubat atas kesalahan yang telah mereka lakukan dan segera membayar hutang hak-hak orang lain jika ada.

Orang yang sakit di ranjang kematiannya harus terus memikirkan rahmat Allah dan berharap bahwa Allah akan mengampuninya, betapapun banyak dosa yang telah ia lakukan. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:


“Aku selalu mendukung anggapan hamba-Ku tentang-Ku.”

(Bukhari, Tauhid, 35)

Artinya, Aku akan menampakkan Diri sesuai dengan anggapan hamba-Ku tentang-Ku.

Di sisi orang yang sedang sekarat, hendaknya diucapkan kata-kata yang baik, dan terus-menerus disebut-sebut rahmat Allah. Dan hendaknya disebutkan sifat-sifat baik orang yang sedang sekarat. Karena malaikat-malaikat akan mengaminkan apa yang diucapkan di sisi orang yang sedang sekarat. Rasulullah (saw) setelah menutup mata Abu Salama yang masih terbuka setelah kematiannya, berkata kepada orang-orang yang menangis,


“Janganlah kalian mengutuk diri sendiri; karena para malaikat akan mengamini apa yang kalian ucapkan.”

(Muslim, Cenaiz, 4)

demikian sabdanya. Dalam hadis lain, beliau bersabda:


“Apabila kalian berada di dekat orang sakit atau orang yang telah meninggal, ucapkanlah hal-hal yang baik. Sungguh, para malaikat akan mengamini apa yang kalian ucapkan di sana.”

(Muslim, Cenaiz, 50)

Karena malaikat tidak menyukai kotoran, baik materi maupun rohani, maka orang yang sedang sekarat tidak boleh berada di dekat orang yang sedang berhadas, sedang melahirkan, sedang menstruasi, dan orang non-Muslim. Sebaiknya pasien dibaringkan di sisi kanannya, asalkan tidak menyebabkannya kesulitan. Jika posisi ini menyulitkan pasien, maka ia harus dibaringkan dengan kakinya menghadap kiblat.

Karena mulut pasien yang sekarat akan menjadi kering, air harus terus-menerus diteteskan ke dalam mulutnya. Karena pada saat sekarat, setan mendekati pasien dengan membawa segelas air di tangannya.

Para ulama Islam mengatakan bahwa sunnah adalah membisikkan kalimat tauhid kepada pasien yang sedang sekarat dan mengucapkannya di dekatnya. Rasulullah (saw),


“Bacakanlah Laailahe illallah kepada orang-orang yang akan meninggal (yaitu orang-orang yang sakit parah).”

(Muslim, Cenaiz, 1)

demikian sabdanya. Dalam hadis lain, beliau bersabda:


“Barangsiapa yang kata-kata terakhirnya adalah Laailahe illallah, maka ia akan masuk surga.”

(Tirmizi, Cenaiz, 7; Abu Dawud. Cenaiz, 20)

Membaca Al-Qur’an di dekat orang yang meninggal juga merupakan kebaikan. Rasulullah (saw) bersabda:


“Yasin adalah jantung Al-Quran. Barangsiapa membacanya dengan tujuan mengharapkan Allah dan hari kiamat, niscaya Allah akan mengampuninya. Bacalah Yasin untuk orang-orang yang telah meninggal.”

(Ibn Majah, Cenaiz. 4; Abu Dawud, Cenaiz, 24)

Penting untuk menjaga kebersihan pasien yang sekarat, serta rumah dan ruangan tempatnya berada. Sunnah menutup mata orang yang meninggal. Pakaian orang yang meninggal harus dilepas sebelum tubuhnya dingin, lalu jenazah diletakkan di tempat yang keras dan ditutupi dengan kain.

Nabi kita (saw),

“Orang yang membawa jenazah dengan mengangkat keempat sudut peti mati sejauh sepuluh langkah, lalu empat puluh langkah totalnya, semata-mata untuk mencari ridho Allah dan dengan keyakinan akan pahalanya, maka dosa-dosanya yang kecil akan dihapus.”

“(Gümüşhanevi, Levamiu’l-Ukûl, 4/395) telah bersabda.”

Mengangkut jenazah almarhum dengan kendaraan, kecuali jika ada kebutuhan mendesak, adalah makruh. Ada banyak hadis yang menjelaskan besarnya pahala membawa jenazah ke kuburan dengan cara berjalan kaki. Duduk di kuburan sebelum peti jenazah diletakkan di tanah adalah makruh.


Seseorang yang beragama Islam harus dimakamkan di pemakaman Islam.

Rasulullah (saw)


“Sambutlah orang-orang yang telah meninggal di antara orang-orang yang saleh. Karena orang yang hidup merasa terganggu oleh tetangga yang buruk, maka orang yang mati pun pasti merasa terganggu oleh tetangga yang buruk.”

sebagaimana yang diriwayatkan. (Suyuti, Şerhu’s-Sudur, v. 42 a, manuskrip, Konya Yusufağa Küt. Nr. 7253 dan 7371/3)

Suyuti menyatakan bahwa hadis yang memerintahkan agar orang mati dimakamkan di antara orang-orang saleh, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, tidak sahih. Namun, ia juga memberitakan bahwa hadis yang sama diriwayatkan secara sahih dari Ali bin Abi Thalib, sehingga menyoroti kebenaran perintah tersebut dan menyatakan bahwa hukumnya dapat diamalkan. (lihat: Suyuti, al-Laali’l-Masnu’a, 2/233-234)

)

Untuk informasi lebih lanjut, lihat Doç. Dr. Süleyman Toprak, Kehidupan Setelah Kematian.


Salam dan doa…

Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Pertanyaan Terbaru

Pertanyaan Hari Ini