– Menikah, memiliki karier, dan memprioritaskan beberapa keinginan daripada yang lain, apakah itu diperlukan untuk menaklukkan hawa nafsu?
Saudara kami yang terhormat,
seraya, seringkali kita maksudkan. Seperti dalam Al-Qur’an, dituduh dengan sifat-sifat yang tidak menyenangkan. Halal dan haram telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Tidak mungkin bagi kita untuk menyebutkan semuanya satu per satu. Sebagai beberapa contoh, minuman keras, judi, zina, keserakahan untuk mendapatkan harta tanpa mempedulikan halal haram, keinginan untuk mendapatkan kedudukan tanpa memperhatikan kebenaran dan keadilan adalah hal-hal yang diinginkan oleh nafsu.
Nafs yang memerintahkan kejahatan ini, seiring waktu, melalui pendidikan dan pemeliharaan, menjauh dari dosa demi dosa, dan memperoleh kesucian. Pada akhirnya, ia mencapai kedudukan sebagai nafs yang diridhoi Allah. Di dunia ujian ini, manusia berjuang di antara bisikan-bisikan jahat dari nafs dan setan, serta kabar hidayah yang datang dari perintah Ilahi. Setiap perjuangan yang dimenangkan, yaitu setiap ibadah yang dilakukan, setiap kejahatan yang ditinggalkan, setiap haram yang dijauhi, menjadi sebuah tahapan kenaikan dan proses pemurnian bagi nafs. Tujuan akhir nafs yang telah memasuki jalan kenaikan ini adalah kedudukan ridha; kedudukan sebagai nafs yang menerima segala takdir Allah dengan ridha, sehingga Allah pun ridha kepadanya.
Kepada jiwa yang mencapai kedudukan ini, Tuhan Yang Maha Esa berfirman:
(Jiwa yang merasa aman)! (ikutlah)
Orang tersebut ingin melakukan zina tanpa memikirkan dimensi dosa di dalamnya. Manusia tidak boleh menjadi budak nafsu dan keinginan, hidup hanya untuk kesenangan. Hal ini akan mengembangkan kekuatan-kekuatan hewani di dalam dirinya, melemahkan kekuatan-kekuatan malaikat, dan merendahkan manusia. Padahal, seperti semua kesenangan, kesenangan seksual bukanlah tujuan; itu adalah karunia Allah bagi manusia yang diciptakan untuk suatu tujuan. Allah telah meminta manusia untuk melestarikan keturunannya, dan jika manusia melakukannya sesuai dengan kehendak Allah, maka surga dijanjikan kepadanya. Dengan pernikahan yang dihalalkan, keinginan-keinginan nafsu dapat dikendalikan, dan dengan pernikahan yang diridhoi Allah dan kelanjutan keturunan, orang tersebut juga dapat memperoleh pahala.
Jika seseorang telah mencapai kesadaran untuk menganggap kenaikan jabatan sebagai sarana untuk lebih banyak melayani negara dan bangsa, maka keinginan tersebut telah melampaui keinginan nafsu duniawi akan kedudukan dan jabatan, dan telah memasuki keridhaan Ilahi. Niat ini telah menjadi pintu bagi pemiliknya untuk mendapatkan pahala.
Ya, mencapai hal ini mungkin tampak sulit. Namun, bagi orang-orang yang mendasarkan segala sesuatunya pada keridhaan Allah, kesulitan ini hanyalah rintangan yang dapat diatasi dengan mudah berkat pertolongan Allah. Ini akan berhasil dengan kesabaran.
Mereka yang menerapkan pendisiplinan diri dengan cara ini menjauh dari segala sesuatu yang disukai oleh hawa nafsu. Akibatnya, mereka dapat menjadi orang yang tidak mencintai dunia, tidak tamak, tidak keras kepala, dan tidak pernah marah. Meskipun kami menerima ini sebagai bentuk pendisiplinan diri, kami berpendapat bahwa mengarahkan hawa nafsu ke kebaikan lebih baik daripada membunuhnya. Yang pertama, seperti mengendalikan kuda dengan mengurangi porsinya, sehingga melemahkannya; yang kedua, seperti memberi kuda porsi normal, tetapi melatihnya dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan lebih cepat dengan kuda yang kuat.
Maka, mengarahkan emosi dan keinginan yang ada dalam diri manusia ke kebaikan jauh lebih bermanfaat daripada membunuh nafsu, yaitu sepenuhnya mematikan suaranya. Hal ini dapat dicapai dengan menemukan saluran yang baik bagi keinginan dan hasrat nafsu, mengarahkan nafsu ke hal-hal yang baik; seperti membangun bendungan di sungai yang menggenang dan merusak lingkungan, lalu menggunakannya untuk mengairi lingkungan.
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan