Apa penyebab perbedaan hadis-hadis tentang orang terakhir yang akan keluar dari neraka?

Detail Pertanyaan

Dalam salah satu jawaban Anda, terdapat hadis berikut:


“…Rasulullah SAW menjelaskan keadaan orang terakhir yang akan keluar dari Neraka dan masuk Surga. Orang ini merangkak keluar dari Neraka. Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman kepada orang ini:

‘Pergilah dan Masuklah ke Surga!’

berfirman. Orang itu melihat Surga penuh. … Allah Yang Maha Esa:

‘Masuklah ke ‘Surga’! Surga itu sepuluh kali lipat lebih baik daripada dunia!’

demi. Hamba itu terkejut, kagum:

‘Ya Rabb! Apakah Engkau menertawakanku, padahal Engkau adalah Raja alam semesta? Apakah Engkau mengejekku?’

kata.”

Dalam hadis lain (yang saya ambil dari sahihhadisler.com) terdapat pernyataan berikut: …Abdullah bin Mas’ud (Radiyallahu Anh) berkata: Rasulullah (saw) bersabda:


“Orang terakhir yang masuk surga, saat keluar dari neraka, terkadang berjalan, terkadang jatuh. Saat ia diselamatkan dari neraka, ia berbalik dan berkata:

‘Mahasuci Allah yang telah menyelamatkan aku darimu. Sungguh Allah telah menganugerahkan kepadaku kebaikan yang belum pernah Dia berikan kepada orang-orang terdahulu dan yang akan datang.’

, katanya. Dia ditunjukkan sebuah pohon.

‘Ya Tuhanku! Masukkan aku ke surgamu.’

firman. Allah Ta’ala:

‘Wahai anak Adam! Apa yang akan menghentikan keinginanmu? Apakah memberimu dunia dan dunia lainnya akan memuaskanmu?’

berfirman. Hamba: ‘

Ya Tuhanku! Apakah Engkau menertawakanku karena Engkau adalah Tuhan seluruh alam semesta?’

kata.”


– Kedua hadis tersebut mengandung makna tentang orang terakhir yang keluar dari neraka; tetapi dialognya berbeda. Apa penyebab perbedaan ini?

Jawaban

Saudara kami yang terhormat,

Dalam dua hadis yang dimaksud, terdapat kesamaan dan perbedaan dalam dialog yang terjadi/akan terjadi antara orang terakhir yang keluar dari neraka dengan Allah.

Jika salah satu dari dua hadis tersebut lebih sahih, maka pernyataan hadis itulah yang menjadi dasar. Namun, hadis pertama ini terdapat dalam riwayat Bukhari.

(Rikak, 51),

yang lainnya ada di Muslim.

(Iman, 310)

karena keduanya sama-sama benar.

Dalam hal ini: Kita dapat berasumsi bahwa Nabi Muhammad (saw) telah menyoroti bagian-bagian dialog yang berbeda pada waktu yang berbeda, sesuai dengan alur percakapan. Atau, para perawi telah menekankan aspek-aspek yang berbeda saat menceritakan kisah ini.

Sebenarnya, tidak ada deskripsi yang secara langsung bertentangan antara kedua narasi dalam hal makna.

Sebagai informasi tambahan, perlu diketahui bahwa menurut beberapa ulama, seperti Qadhi Iyaz, di sini mungkin disebutkan dua sosok yang berbeda. Bahkan, sosok-sosok ini bisa jadi dua orang yang nyata, dua kelompok, atau dua jenis (jin-manusia).

(lihat Ibn Hajar, 11/443)

Oleh karena itu

“…terakhir…”

Pernyataan tersebut dianggap relatif. Menurut tafsir ini, perbedaan antara berbagai riwayat menjadi lebih mudah dipahami karena masing-masing orang menyampaikan situasi dari sudut pandang mereka sendiri.


Salam dan doa…

Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Pertanyaan Terbaru

Pertanyaan Hari Ini