Apa penyebab penderitaan umat Islam?

Müslümanların çile çekmesinin sebebi nedir?
Detail Pertanyaan

– Di dunia ini, mereka yang menderita dan yang menjadi korban penindasan selalu orang-orang Muslim. Di negara-negara seperti Afghanistan, Palestina, Irak, Chechnya, orang-orang Muslim sedang menderita.

– Mengapa?

Jawaban

Saudara kami yang terhormat,

Seperti di masa lalu, hal ini juga sering disalahpahami di masa kini. Kesalahpahaman ini tampaknya akan berlanjut ke masa depan.

Sebagian orang mengira kekayaan dan kedudukan, nama dan ketenaran, kemewahan dan kemegahan sama dengan kebahagiaan. Padahal, mereka melihat banyak orang di sekitar mereka yang telah mendapatkan segala macam kemudahan di dunia dan memiliki kekuatan untuk menikmati setiap kesenangan yang mereka inginkan, tetapi mereka tidak bahagia. Ada yang tidak rukun dengan istrinya, ada yang khawatir tentang kenakalan anaknya. Ada yang mencari obat untuk penyakit ibunya yang tak kunjung sembuh. Ada yang memiliki banyak piutang di pasar yang belum dibayar; ada yang bermasalah dengan mitranya.

Ribuan, puluhan ribu alasan seperti itu terus-menerus mengajarkan manusia bahwa dunia bukanlah tempat yang nyaman.

Pesan Ilahi memberitahukan:

Oleh karena itu, dunia ini adalah medan ujian.

Dalam sebuah hadis, ia juga diperkenalkan sebagai.

Dunia ini diciptakan bukan sebagai tempat istirahat, melainkan sebagai medan ujian dan ladang akhirat. Di ruang ujian ini, manusia terus-menerus berusaha dan berupaya. Dan di ladang ini, mereka memetik hasil kebaikan untuk akhirat mereka setiap hari, dan mengakhiri hari-hari mereka dengan lelah dan letih.

Rasulullah (saw) memberitakan:

Di dunia yang aneh ini, di mana malam dan siang saling mengejar, penyakit dan kesehatan bergantian menguji manusia, kesulitan dan kemudahan juga bergantian melanda manusia, badai dan ketenangan bergantian berkuasa dalam jiwa manusia, bagaimana mungkin menemukan ketenangan dan kedamaian!

Tidak ada ketenangan di dunia ini, tetapi ada kebahagiaan bagi orang beriman. Jika seseorang telah merasakan iman dan mengikuti jalan amal saleh di dunia ini, ia akan memperoleh sejumlah manfaat untuk akhiratnya dari setiap peristiwa, baik pahit maupun manis. Dan yang terpenting, ia merasakan ketenangan yang diberikan oleh kesadaran bahwa dunia ini bukanlah tempat yang nyaman dan terbebas dari kegelisahan.

Rumus kebahagiaan dari Rasulullah (saw):

Hadis ini menyoroti dua sumber penting kebahagiaan dan menyajikan dua resep kebahagiaan yang berbeda secara bersamaan:

Orang yang mengenal dirinya sendiri dan memandang dunia seperti itu tidak akan terikat pada kehidupan fana ini. Ia tidak akan terlalu memedulikan masalah-masalah duniawi yang bersifat sementara. Ia tahu bahwa suatu hari nanti ia akan meninggalkan negeri asing ini. Pandangannya selalu tertuju pada negeri kebahagiaan itu.

Bagi orang seperti itu, yang terpenting adalah sampai ke kota impiannya; duduk di kursi depan atau belakang bus tidaklah begitu penting. Kita baca di koran: Si pembunuh itu ditangkap di negara ini dan dibawa ke Turki dengan pesawat. Seberapa bahagia dan lega orang itu bisa datang dengan pesawat! Tetapi seorang pedagang dari Anatolia yang pergi ke Istanbul untuk berdagang, tidak akan merasa keberatan meskipun duduk di kursi paling belakang bus. Karena tujuan perjalanan ini adalah membeli barang dan hasilnya adalah menjadi kaya.

Di sisi lain, jika seseorang tidak mencari fasilitas di rumahnya selama perjalanan bus, ia tidak akan merasa bosan dan tidak nyaman di tempat sempit itu. Jika tidak, ia telah mempersiapkan ketidaktenangannya sendiri. Dalam Nur Külliyat terdapat banyak resep kebahagiaan yang penting dan berharga. Mari kita sajikan tiga di antaranya:

Manusia, dengan iman, terhubung dengan Tuhannya. Dengan demikian, ia merasakan kenikmatan tidak menjadi yatim dan tidak memiliki wali.

Kesenangan yang diberikan kepada jiwa, kenikmatan dan ketenangan yang diberikan kepada hati karena menjadi hamba dan ciptaan Allah tidak dapat dibandingkan dengan nikmat duniawi apa pun.

Sebuah rantai kebahagiaan yang dimulai dari iman dan berlanjut hingga kebahagiaan di dunia akhirat:

Seorang mukmin yang berkata, “Kebahagiaan di dunia dan akhirat tercapai dengan tawakkal,” akan memenuhi syarat-syarat apa pun yang dia minta sebagai kebaikan di dunia ini dan di akhirat, dan menemukan kedamaian dengan bertawakkal kepada Allah.

Itu berarti menganggap Allah sebagai wakil. Ini adalah kesadaran yang datang dari iman dan merupakan hasil dari penyerahan diri. Mereka yang menyerahkan diri kepada Allah, mereka bertawakkal kepada-Nya. Penyerahan diri juga bersumber dari tauhid. Orang yang mengetahui bahwa tidak ada pelaku sejati selain Allah, bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya dan berada di bawah kekuasaan-Nya, tentu akan menyerahkan diri kepada-Nya.

Resep kebahagiaan di dunia ini dan dunia akhirat lainnya:

Dalam kalimat ini, kebahagiaan di dunia akhirat dan dunia fana diikatkan pada dua syarat. Menguasai dan mengendalikan hawa nafsu, berarti memajukan ruh.

Klik di sini untuk informasi tambahan:


Salam dan doa…

Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Pertanyaan Terbaru

Pertanyaan Hari Ini