Apa arti tauhid?

Jawaban

Saudara kami yang terhormat,

Tawhid: Berarti “memersatukan”, “percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”, dan “mengulang kata-kata La ilaha illallah”.

Ketika menyebutkan tauhid, yang langsung terlintas di benak adalah kalimat “la ilahe illallah”. Kalimat ini disebut kalimat tauhid dan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

Berbagai metafora telah digunakan untuk menggambarkan alam semesta ini. Salah satunya adalah “istana alam semesta.” Tawhid adalah keyakinan untuk mengenal, menyatukan, dan menyucikan Sultan istana ini, serta tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun.

Bukanlah mungkin dasar istana alam semesta berasal dari tempat lain, dan atapnya dari tempat lain. Karpet, lampu, dan perabotan lain di istana ini tidak dibawa dari alam lain dan dipasang di sini. Segala sesuatu di istana, dan yang terpenting setiap tamu, lahir dari istana itu sendiri. Mari kita lihat bunga: Dari tanah hingga matahari, ia memiliki sepersepuluh dari segala sesuatu di istana. Mari kita perhatikan tubuh manusia: Unsur-unsur yang merupakan batu fondasi istana ini juga ada di dalamnya.

Gunung-gunung berdiri di dataran seperti kursi. Tetapi bukan dengan cara dibawa dari tempat lain, melainkan dengan cara tumbuh di tengah dataran. Buah-buahan menempel di dahan. Bukan dengan cara diimpor dari kota lain, melainkan dengan cara tumbuh dari dalam pohon.

Anak itu duduk di pangkuan ibunya. Bukan datang dari negeri lain, melainkan tumbuh di rahimnya. Matahari menjadi lampu di istana ini. Bukan dibeli dari tempat lain, melainkan diciptakan bersama langit.

Segala keberadaan yang tak terhitung jumlahnya di alam ini telah disatukan, dipersatukan, dan dihubungkan satu sama lain, sehingga alam keberadaan ini dibentuk menjadi sebuah istana. Orang-orang yang memikirkan hal ini mengucapkan kalimat tauhid dan mengetahui bahwa istana ini, dengan segala isinya, hanyalah milik dan ciptaan Allah.

Kalimat tauhid, yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah, mengandung makna yang lebih luas. Nama Allah dalam kalimat tersebut mencakup semua nama-nama Ilahi, sehingga mencakup pula makna-makna seperti “Tidak ada pemberi kehidupan selain Allah, tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada penguasa selain Allah.” Dengan demikian, kalimat tauhid ini menyimpan berbagai tauhid lain sebanyak jumlah nama-nama Ilahi.

Beberapa ulama kita membagi tauhid menjadi dua, yaitu “ilmiah dan amaliah”. Menurut klasifikasi ini, mengetahui bahwa Allah itu satu dan bahwa semua kesatuan di alam semesta menunjukkan kesatuan-Nya adalah tauhid ilmiah. Sedangkan tauhid amaliah adalah dominasi penuh dari keyakinan tauhid ini dalam kehidupan amaliah manusia.

Ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” dari Surah Al-Fatiha memberikan pelajaran tauhid praktis: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Kami hanya beralih ke arah yang Engkau tunjukkan, hanya di hadirat-Mu kami memohon, hanya kepada-Mu kami rukuk dan sujud. Kami hanya menggunakan akal kami untuk hal-hal yang Engkau ridhai, dan hanya menaruh kasih sayang yang Engkau ridhai di dalam hati kami.

Orang yang hanya menyembah Allah terbebas dari kehinaan menyembah berhala, dan hamba yang hanya meminta pertolongan kepada-Nya terbebas dari ketergantungan pada sebab-sebab, dari menjadi budak peristiwa. Ia berlindung kepada Tuhannya dengan tawakkal sepenuhnya. Ini adalah kenikmatan yang sangat tinggi, sekaligus kekuatan yang sangat luar biasa.

Jalan untuk menjadi mukmin yang sempurna adalah dengan mencapai kesempurnaan dalam tauhid, baik secara ilmi maupun amali.

Tawhid tidak terbatas pada hal-hal tersebut. Tawhid juga berlaku untuk sifat, nama, dan perbuatan-Nya. Hal-hal ini dapat diringkas sebagai berikut:


Tawhid-i Af’al:

“Mengetahui bahwa sebab-sebab tidak berpengaruh dalam penciptaan dan pengelolaan segala sesuatu”, “Beriman bahwa hanya Allah yang menjadi pencipta tunggal.”


Tawhid As-Sifat:

“Artinya, mengetahui bahwa sifat-sifat seperti ilmu, kekuatan, dan kehendak yang melekat pada makhluk ciptaan adalah ciptaan Allah, dan tidak menganggapnya sebagai entitas yang berdiri sendiri.”


Tawhid-i Zat:

“Mengetahui setiap keberadaan sebagai tidak ada dibandingkan dengan keberadaan dan zat-Nya.”

Memberi hidup, membunuh, memberi kesembuhan, memberi hidayah, memberi rezeki, semuanya adalah tindakan yang berbeda. Tindakan-tindakan yang jumlahnya tak terhitung ini didasarkan pada sifat-sifat yang sama. Sifat-sifat ini adalah sifat-sifat “hidup, ilmu, kekuasaan, mendengar, melihat, kehendak, kalam, menciptakan”. Mengetahui bahwa semua tindakan tak terhitung yang dilakukan di alam makhluk ini berasal dari sifat-sifat ilahi tersebut adalah tauhid-i af’al (tauhid dalam tindakan). Sedangkan mengaitkan sifat-sifat ini kepada satu Zat saja adalah tauhid-i zat (tauhid dalam Zat).


Salam dan doa…

Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan

Pertanyaan Terbaru

Pertanyaan Hari Ini