–
Nabi Muhammad (saw) bersabda bahwa setiap manusia memiliki setan atau setan-setan yang beredar di dalam pembuluh darahnya…
Saudara kami yang terhormat,
Dalam sebuah riwayat disebutkan:
“Istri yang suaminya bekerja di luar negeri”
(asing)
Jangan mendekati para wanita. Karena setan, seperti darah yang mengalir di tubuh kalian, mengalir di dalam diri kalian masing-masing.
(tanpa disadari)
beredar.”
demikianlah firman-Nya. Maka kami bertanya:
“Apakah itu juga beredar di tempatmu?”
“Saya juga”
(beredar)
, tetapi Allah membantuku.
(setanku)
dia menyerahkan diri kepadaku.”
(Tirmizi, Rada 17, 1172).
KETERANGAN:
1.
Di sini, Rasulullah menasihati agar tidak mendekati wanita asing yang suaminya sedang berada di luar negeri.
2.
Kemungkinan ada dua makna di balik iblis yang beredar di tubuh seperti darah:
a)
Bahwa setan benar-benar diberi kekuatan untuk menjelajahi tubuh manusia. Dalam hal ini, hadis tersebut tidak bermakna kias.
b)
Ungkapan ini bisa jadi kiasan. Kebenarannya adalah banyaknya bisikan-bisikan yang diberikan setan.
3.
Sufyan as-Sauri menolak gagasan bahwa setan bisa menjadi Muslim, dengan mengatakan:
“Setan tidak akan menjadi Muslim.”
demiştir. Dalam hal ini, ejaan اَسْلَمَ dianggap lebih tepat dibaca sebagai bentuk muzar’i, yaitu اَسْلَمُ, bukan sebagai fiil madhi:
“Aku selamat dari dia.”
artinya.
Ibnu Abbas (radhiyallahu anhuma) menceritakan:
”
Rasulullah (saw) bersabda:
“Setan menunggu di atas hati manusia seperti burung yang bertengger. Jika ia mengingat Allah, setan akan mundur dan menjauh, tetapi jika ia lalai, setan akan membisikkan was-was.”
(Bukhari, Tafsir, Kul auzu birabbi’n nas 1.)
Asal riwayat ini di Bukhari sedikit berbeda. Bukhari menyampaikan riwayat ini tanpa sanad dan mencatat kata was-was secara tersirat dalam deskripsi:
“al-Vesvas:
Setan akan masuk ke dalam diri manusia sejak ia lahir, dan akan pergi jika Allah diingat, tetapi jika Allah tidak diingat, setan akan menetap di dalam hatinya.
Hadis ini telah diterbitkan oleh Sa’id Ibnu Mansur dengan beberapa tambahan yang membuat riwayat lebih mudah dipahami:
“Setan bersarang di hati manusia sejak ia lahir. Jika ia berakal dan mengingat nama Allah, setan akan diam, tetapi jika ia lalai, setan akan membisikkan godaan.”
Ibn Mardawiyyah juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Abbas, dengan sedikit perbedaan:
“Al-Wuswus adalah setan.”
Seorang anak lahir dengan bisikan-bisikan setan di dalam hatinya. Bisikan-bisikan itu menguasai hatinya sesuka hati. Namun, ketika seseorang mengingat Allah, setan akan mundur. Ketika seseorang lalai, setan akan bersembunyi di dalam hatinya dan membisikkan bisikan-bisikan.”
Sa’id bin Mansur meriwayatkan hadis yang serupa dari Urwah bin Ruwayn:
“Isa (as) meminta kepada Rabbnya agar menunjukkan tempat setan di dalam diri manusia. Maka Allah menunjukkan kepadanya; kepala setan itu seperti kepala ular dan menempelkan kepalanya di atas buah hati. (Sehingga), jika orang itu mengingat dan menyebut Rabbnya, setan itu akan mundur dan diam, tetapi jika orang itu berhenti mengingat, setan itu akan mengganggu dan berbicara.”
TAJMID SURAH AN-NÂS:
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, dan Tuhan manusia, dari kejahatan setan yang berbisik-bisik di dalam hati manusia.”
(setan)
baik dari jin maupun manusia
(tidak apa-apa)
…”
Nabi Muhammad (saw) memerintahkan Ibnu Umar (radhiyallahu anh) sebagai berikut:
“Wahai Ibnu Umar, pegang teguh agamamu, pegang teguh agamamu! Ketahuilah bahwa itu adalah…”
(yang membuatmu tetap berdiri)
Tubuhmu adalah darah yang mengalir di pembuluh darahmu. Perhatikan baik-baik dari siapa kamu mengambil agama. Ambil dari mereka yang jalannya benar, jangan dari mereka yang menyimpang!”
Seperti yang terlihat dalam hadis ini, darah diumpamakan sebagai agama. Jika dipahami dalam konteks ini, maka pergerakan setan di dalam pembuluh darah manusia bersifat kiasan, yang berarti setan terus-menerus membisikkan godaan untuk menyesatkan manusia.
(Prof. Dr. İbrahim Canan, Terjemahan dan Syarah Kitab-Kitab Enam)
Salam dan doa…
Islam dengan Pertanyaan-Pertanyaan